Memaknai Kepahlawanan di Masa Kini, Implementasi Sejati Lewat Sinema

on 05.22


Oleh : Arief Rakhman Hakim

Teknologi Industri Pertanian/43

Bangsa kita setiap tahun merayakan Hari Pahlawan pada 10 November. Pada saat itulah kita mengenang jasa para pahlawan yang telah bersedia mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Kita memilih 10 November sebagai Hari Pahlawan karena pada tanggal tersebut 63 tahun silam para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya.

Saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api, selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya. Ruslan Abdul Gani yang meninggal beberapa waktu lalu, adalah salah seorang pelaku sejarah waktu itu.

Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan. Namun terasa, mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat seremonial. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu.

Teringat sebuah kata menggugah dari salah satu Founder bangsa ini bahwa ”Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya”. Pada hakikatnya kita belumlah sepenuhnya merdeka. Pendidikan kita masih tertinggal oleh saudara-saudara kita di negeri seberang sana, kesejahteraan bangsa kita masih dalam rancangan dan angan-angan para pejabat di kursi sana. Sehingga secara tidak langsung keberlangsungan hidup bangsa ini sedikit banyak masih dijajah oleh bangsa lain. Benarkah kita sudah merdeka??

Dulu dan sekarang adalah dua dimensi waktu yang berbeda. Kini tiba saatnya pemuda menjadi tumpuan harapan bangsa. Sosok pemuda yang kritis dan peduli terhadap lingkungan menjadi aset penting tonggak perubahan bangsa. Pemuda saat ini harus mampu memberikan makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November.

Sebagai sebuah media (untuk berkomunikasi, study, berekspresi, berbagi, dll), sinema memiliki ruang untuk diisi dengan pesan/informasi. Dengan memanfaatkan ini, transformasi nilai kepahlawanan dapat diserap maksimal oleh para sufi (suka film_baca:pecinta film). Pencinta sinema dapat mengolahnya menjadi sebuah pemikiran, refleksi, dan sintesa yang artikulatif, serta mendorongnya sebagai alat untuk melakukan aktivitas transformatif di masyarakat yang mencerahkan. Minimalnya ada 5 point yang diberdayakan dalam pemanfaatan media sinema : Pertama, sebagai media diseminasi pemikiran kritis. Kedua, sebagai media komunitas. Ketiga, sebagai media dokumentasi, Keempat, sebagai media silaturahmi sosial dan budaya. Kelima, sebagai bahan kajian ilmiah.

Departemen Politik dan Kajian Strategis yang berada dalam naungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta seakan memberikan inspirasi kepada publik mahasiswa IPB pada umumnya untuk memaknai kepahlawanan lewat sinema. Di tengah publik Indonesia dikecam dengan berbagai sodoran negatif terhadap perfilman Indonesia, ternyata mampu memberikan kemasan berbeda dengan penayangan film kebangsaan. Sinema sebagai media yang begitu kental dengan jiwa muda para mahasiswa dipastikan mampu menyentuh nurani mahasiswa untuk membangkitkan semangat kepahlawanan dan mentransformasikannya dalam menghadapi tantangan zaman di abad 21 ini.

Pahlawan tidak pernah mati, walau hari ini telah tiada, sebab jiwa kepahlawanan akan terus terwarisi pada generasi berikutnya. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Insan pertanian ditunggu kontribusinya dalam mengangkat kesejahteraan petani Indonesia. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, makna hari pahlawan tidak hanya pada moment 10 November saja, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Bukan sebuah penobatan pahlawan yang harus kita harapkan, namun bangsa ini membutuhkan nilai-nilai kepahlawanan dan publik akan memberikan apresiasi itu jika kita memberikannya dengan diringi sebuah ketulusan.

Hari ini kita merayakan Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang pada masa silam lewat sinema. Kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar. Itulah pahlawan sekarang.