PEMASARAN VS PENJUALAN

on 20.26

Dalam dunia marketing kedua istilah ini sudah menjadi nyawanya dalam mendongkrak penjualan. Namun banyak pihak yang belum menyadari betul bahwa pemasaran sangat berbeda dengan penjualan. Perbedaan antara pemasaran dengan penjualan menyebabkan dalam suatu perusahaan memisahkannya menjadi departemen pemasaran dan departemen penjualan. Namun departementalisasi ini sering memicu konflik yang berakibat fatal akibat tidak mengetahui fungsi dan ranah kerja masing-masing.

Perseteruan antara penjualan dengan pemasaran sudah menjadi rahasia umum di kalangan dunia bisnis. Tidak saja dalam kondisi “susah” namun juga dalam kondisi “senang”. Masing-masing ingin diakui sebagai pihak yang memiliki kontribusi yang paling besar. Orang pemasaran akan mengklaim bahwa karena produknya bagus maka produk mudah untuk dijual. Di lain pihak orang penjualan merasa paling kerja keras dalam menjual produk siang malam dan ingin diakui keberadaanya.

Namun sebaliknya ketika produk ini gagal dipasaran, tidak ada satu pun yang mau mengaku salah, bahkan malah saling menyalahkan. Manajer pemasaran menyalahkan manajer penjualan yang dianggap kurang becus dalam menjual produk. Sebaliknya manajer penjualan menyalahkan manajer pemasaran yang tidak bisa membuat produk bagus, kemasan kurang menarik, dsb. Mengapa prasangka dan skeptisisme ini muncul?

Jawabannya adalah karena keduanya sama-sama tidak mau belajar dan merasa paling paham mengenai bidangnya masing-masing. Manajer penjualan tidak mau belajar konsep pemasarn karena merasa paling tahu tentang pasar dan merasa paling tahu pelanggan-tahu kebutuhan, keinginan, hasrat, dan pola konsumsinya. Padahal apa yang disebut manajer penjualan sebagai pemahaman pasar tidak lebih hanya pemahaman subyektif pelanggan per individu. Manajer pemasaran yakin bahwa kebanyakan penjual menderita marketing myopia akibat terlalu fokus memperhatikan kebutuhan dan keinginan para kliennya sehingga tidak peka pada kebutuhan pasar seluruhnya, dan tidak tahu arah perkembangan persaingan, pasar, dan pelanggan masa depan.

Sebaliknya, manajer pemasaran merasa tidak mau memahami pola pikir penjualan dan mempelajari konsep penjualan karena penjualan menurut pemasar tidak lebih dari berkata-kata manis (happy talk), menggunakan tida kata sakti yakni “helo, silakan, terima kasih. Jika diibaratkan oleh Bapak Hermawan Kertajaya, penjual itu ada di bumi dan pemasar terbang dengan balon udara. Kemudian masing-masing bertanya : Mengapa kamu disitu, apa yang kamu lihat disitu? Karena masing-masing tidak tahu apa yang dilihat rekannya.

Dulu ketika lingkungan bisnis belum sekompleks sekarang, dikotomi pemasaran dan penjualan tidak menimbulkan efek samping. Pemasar berkutat dengan konsep dan analisis, penjual berkutat dengan pelanggan di lapangan. Namun begitu kondisi lingkungan bisnis berubah akibat perkembangan teknologi, meningkatnya persaingan, dan berubahnya kebutuhan, keinginan, dan pola mengkonsumsi pelanggan, pemasar dan penjual tidak bisa lagi berada dalam suasana perang dingin. Sebaliknya mereka harus mengisi kelemahan masing-masing layaknya sebuah puzzle.

Karena pemasar berada di atas balon yang dapat melihat permukaan bumi lebih luas, maka tugasnya adalah memberi tahu keadaan lingkungan bisnis secara umum-kemana arah perubahan bergerak, bagaimana tingkat persaingan, bagaimana pola perilaku pelanggan, dan dimana posisi perusahaan. Sementara penjual yang ada di bumi dapat melihat permukaan bumi lebih detail, meskipun terbatas pada wilayah tertentu, harus memberitahu kondisi detail di wilayahnya-apa saja manuver yang dilakukan pesaing, bagaimana pelanggan menyikapi iklan dan pubilisitas yang ditayangkan, berapa tingkat harga produk yang wajar, dan lain sebagainya. Dengan saling mengisi kekurangan data dan informasi, maka efektivitas strategi dan akselerasi eksekusi dapat berjalan optimal.

*) Dikutip dari buku “Integrating Sales & Marketing” karya Hermawan Kertajaya

Sukses Berbisnis Sejak Dini

on 09.42



Oleh : Arief Rakhman Hakim

Tidak habis-habisnya mutiara yang digali dari pengalaman orang-orang yang sukses dalam bisnis. Semuanya mengandung nilai-nilai yang bermuara pada satu hal, yaitu cita-cita. Namun cita-cita yang dikemukakan pada buku ini mengarah pada satu kata, yaitu ridho illahi.Cita-cita inilah yang harus diterjemahkan sebagai sebuah keimanan, keteguhan hati dan ketawakalan menjadi sebuah praktek yang sepenuhnya harus dimiliki oleh pebisnis.

Hanya cita-citalah yang dapat membuat pak Puspo bertahan pada saat semua orang mentertawakan beliau saat membuka warung ayam goreng. Hanya keteguhan hati yang dapat membuat Aa Gym dapat melebarkan Darut Tauhid dari sebuah kontrakan menjadi Korporasi yang merambah berbagai bidang. Hanya tawakallah yang dapat membuat Wan Muhammad membuka franchise Yoysmart walaupun pada saat itu brandnya beluj terkenal. Cita-cita inilah yang tidak membuat para pebisnis putus asa, namun jusru membuat yakin bahwa mereka akan menjadi orang yang suskes.

Saya yakin semua orang memiliki cita-cita, sebagaimana yakinnya kita dengan cita-cita akhirat yang dimilki oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Cita-cita itu harus didukung oleh motivasi dan mental baja. Kisah-kisah sukses ini menggambarkan bahwa membangun usaha ini memerlukan perjuangan, darah, dan air mata. Mulai dari memilih, mempelajari, mengembangkan, dan mempertahankan, semuanya itu memerlukan proses dan waktu. Banyak orang melihat kesuksesan itu dalam kerangka jangka pendek saja, tanpa melihat cerita dibalik sukses.


Dalam membangun sebuah bisnis itu memerlukan pemahaman (knowladge). Dapat diperhatikan bagaimana kisah Pak Taufik menjual obat herbalnya, Pak Kurdi mengajarkan sendiri murid-muridnya dengan gratis, demikian juga pak Wan Muhammad membagikan sendiri brosur tokonya (walaupun ditertawakan toko-toko besar lainnya). Bahkan penjual country donut menjual sendiri donat-donatnya.

Ada kesalahan persepsi beberapa orang yang melihat bisnis itu sebagai sesuatu yang sederhana, atau tepatnya menyederhanakan masalah. Sering kali kita dengar orang berucap “Kita kumpulkan modal dengan network kita, kemudian kita sewa kantor, kita sewa manajer, maka nanti kita tinggal men-direct saja, sehingga kita bisa jadi direktur perusahaan kita dan lapis kedua kita yang kerja.” Kemudian ditambahkan “paling kontrol sepekan sekali, jadi kita bisa ngajar dan sebagainya”. Usaha yang dibangun dengan mental seperti itu dijamin merupakan cara paling efektif untuk gagal.

Memulai suatu bisnis harus berdasarkan pemahaman bidang usaha yang akan digeluti. Pemahaman bidang usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat melalui sumber informasi: buku, majalah, dsb, diskusi dengan ahlinya, atau cara konvensional tapi paling efektif yaitu terjun langsung.

Dari sebuah cita-cita, kita harus melihat modal apa yang kita miliki. Penulis membagi modal ini menjadi dua bagian, yaitu modal fisik dan non fisik. Modal fisik mencakup uang, tanah, gedung, kendaraan, dan berbagai benda yang kita miliki. Yang biasanya kita dengar dengan modal adalah uang.

Namun jangan lupa, berbagai benda yang kita miliki sebenarnya dapat digunakan. Misalnya rumah yang digunakan sebagai modal tempat dapat berubah menjadi modal uang dalam bentuk pinjaman. Barngkali tampaknya meminjam uang itu tabu di mata beberapa dari kita. Namun penulis mengingatkan bahwa kita meminjam bukan untuk konsumsi membeli kebutuhan sehari-hari dan sebagainya, tetapi untuk usaha. Artinya kita justru mengoptimalkan fungsi harta yang kita miliki. Kebanyakan dari kita barangkali tidak memiliki modal fisik. Oleh karena itu kita harus menggali modal non fisik yang kita miliki. Modal yang terakhir yang sama pentingnya adalah modal jarigan

Dan yang terakhir dari sebuh cita-cita adalah harus dibangun langkah-langkah nyatanya atau kita bangun “track record” kita. Cita-cita saja barulah sebuah ide, dan ide selamanya menjadi ide tanpa langkah awal. Semakin lama kita berkecimpung dan menekuni suatu bidang bisnis, maka orang akan melihat kita sebagai pebisnis yang berpengalaman, dan kepercayaan orang akan meningkat pada kita. Ingatlah cerita para pengusaha yang menggambarkan kegagalan dan bangkrut sampai beberapa kali. Oleh karena itu mulailah dari sekarang dan tempa mental kita dan kita bngun track bisnis kita serta kredibilitas kita dalam dunia bisnis.

Bisnis bukan semata-semata konsep, tapi motivasi, pamahaman, dan pengalaman. Sehingga nanti 10 tahun mendatanga Anda diwawancarai dengan media masa dan bilang “kalau ingat perjuangan saya memulai bisnis 10 tahun yang lalu…”. Nasihat Imam Syahid Hassam Al Bana menambahkan “Mimpi hari ini, adalah kerja sekarang, dan kenyataan esok”.

Sampah Bogor Kemanakah? (Hasil Kunjungan ke TPA Galuga)

on 15.43


Oleh : Arief Rakhman Hakim

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Kata Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanyalah produk-produk yang tak bergerak. Dalam kehidupan sehari-hari, sampah selalu dihasilkan dalam berbagai bentuk dan kandungan. Sampah yang dihasilkan dalam jumlah besar maka disebut sebagai limbah.

Limbah dapat dikategorikan berdasarkan sumber pencemarna adalah limbah rumah tangga, limbah industry, dan limbah perkotaan.

Besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh sampah rumah tangga dan sampah kota, maka diperlukan tempat peengelolaan sampah yang dapat menampung jumlah sampah yang begitu banyaknya. Salah satu Tempat Penampungan Akhir sampah yang ada di Bogor adalah Galuga.

GAMBARAN UMUM TPA GALUGA:

TPA Galuga berada di RT 08/05, Kampung Lalamping, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang. TPA ini dikelola oleh dinas kebersihan pemkot Bogor dan pemkab Bogor. Lahan seluas +17 ha ini diperoleh melalui pembebasan lahan tanah warga sejak tahun 1986. Area pengelolaan ini dibagi untuk pengelolan sampah Kota dan Kabupaten. Untuk sampah Kota Bogor luas area yang digunakan adalah 14 ha, sedangkan untuk sampah kabupaten luas lahan yang digunakan adalah 2,6 ha. Pembagian area ini berdasarkan volume sampah yang datang dimana sampah dari kota Bogor jauh lebih banyak daripada sampah yang berasal dari kabupaten.

Lokasi di area TPA Galuga terdiri dari tempat penumpukan sampah, tempat pengelolaan sampah organik, kolam ekualisasi, serta kantor dinas pengawasan kebersihan. Disekitar lokasi banyak terdapat rumah warga yang berprofesi sebagai pengumpul sampah daur ulang.

Sebagai mana Tempat Pengumpulan Akhir sampah pada umumnya, kondisi yang tidak ramaha terhadap kesehatan begitu dirasakan. Bau sampah yang menyengat dan kotor dimana-mana sebagai akibat tumpukan sampah yang kian hari kian menggunung. Kondisi seperti itu sangat rentan bagi kesehatan warga sekitar dimana tumpukan sampah dapat menjadi vector penyakit muntaber, kulit, dsb.

PENGELOLAAN SAMPAH

Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga merupakan sampah yang berasal dari Kotamadya Bogor dan Kabupaten Bogor. Volume sampah yang berasal dari kotamadya Bogor lebih banyak daripada yang berasal dari Kabupaten Bogor. Kotamadya Bogor harus menyediakan hingga 91 armada pengangkut sampah, sedangan untuk Kabupaten Bogor menyediakan 64 armada pengangkut sampah.

Secara umum tahapan pengelolaan sampah di TPA Galuga adalah sebagai berikut :

Sampah yang diangkut berasal dari sampah rumah tangga, sampah rumah makan, sampah hotel-hotel, serta sampah perkotaan. Pengangkutan sampah dilakukan ketika volume sampah telah cukup banyak untuk diangkut, sehingga waktu pengangkutan sampah tidak berbarengan. Pengangkutan sampah pada umumnya dilakukan pada malam hari dimana penyumbang sampah terbanyak seperti hotel-hotel dan restoran baru ditutup pada malam hari. Sampah yang diangkut dilakukan tanpa sortasi yaitu segala sesuatu benda yang dianggap tidak berguna diangkut.

Sampah diangkut oleh dinas kebersihan melalui truk-truk armada pengangkutan sampah yang identik dengan warna kuning. Sampah yang diangkut langsung dibawa ke TPA Galuga. Di Galuga terdapat tempat penampungan sampah berupa area yang awalnya berupa lereng bukit kecil yang mampu menampung sampah tanpa membentuk gunungan. Namun sebelum sampah ditumpahkan ke penampungan sampah, para warga yang banyak berprofesi sebagai pemulung sampah telah siap untuk memulung sampah anorganik yang bernilai ekonomis. Selain itu dilakukan pula sortasi untuk sampah organik oleh dinas kebersihan untuk diolah menjadi pupuk kompos.

Setelah dilakukan sortasi, sampah ditumpahkan ke tempat penampungan yang luas. Penumpahan sampah harus memperhatikan pola penyebaran sampah dimana sampah dipadatkan dengan membentuk pola penyebaran memadat dari pinggir area menuju tengah area pengumpulan sampah. Hal tersebut dilakukan untuk efisiensi tempat, kemudahan pengelolaan selanjutnya serta untuk mengatur aliran air sampah yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemadatan sampah akan bergeser ketika sampah sudah rata dengan permukaan tanah paling tinggi sehingga tidak membentuk gunungan sampah. Waktu yang diperlukan untuk menumpuk sampah pada satu sisi area penumpahan dapat lebih dari 5 tahun. Sehingga untuk sampah yang timbunan sampahnya telah berumur lebih dari 5 tahun diperlukan pipa-pipa asap yang berfungsi untuk menyalurkan gas metan (CH4) yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh sampah yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Gas metan yang tidak disalurkan ke udara bebas dapat menimbulkan ledakan hebat hingga terjadi kebakaran TPA.

Sampah yang mengalami sortasi terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik bernilai ekonomis. Pada dasarnya semua sampah organik padat dapat dikomposkan. Sampah organik padat berasal dari sampah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, dll.

Penanganan pengomposan di TPA Galuga yang dilakukan oleh dinas kebersihan melalui mekanisme berikut ini :

1. Sampah organik yang baru tiba ditempat pengomposan dilakukan sortasi II untuk menghindari adanya sampah anorganik yang dapat mengganggu proses fermentasi.

2. Sampah hasil sortasi ditempatkan pada blok kayu untuk dilakukan proses fermentasi selama satu minggu.

3. Setelah fermentasi pertama, blok kayu diangkat dan sampah kembali difermentasi. Sampah akan mengalami penyusutan hingga 30%. Jika kondisi sampah mengering, maka dilakukan penyiraman untuk menjaga keberlangsungan proses fermentasi.

4. Sampah yang telah difermentasi sampai 25 hari telah berubah menjadi pupuk kompos.

5. Pupuk kompos yang terbentuk pada fermentasi masih berupa potongan-potongan besar sehingga dilakukan proses grinding sehingga terbentuk pupuk kompos siap pakai.

Namun pupuk kompos memiliki kekurangan yaitu penggunaanya yang lebih besar dibandingkan dengan pupuk kimia untuk area pemupukan yang sama.

Ketika Sebuah Pernyataan Berbenturan dengan Kenyataan (Renungan Seorang calon Sarjana Teknologi Pertanian)

on 03.46

Oleh : Arief Rakhman Hakim

Dalam sebuah langkahnya yang mantap menuju kampus perjuangan, terkadang kita tersenyum sendiri dengan pikiran yang menerawang jauh entah kemana, mengkolaborasikan masa lalu dan masa sekarang. Dulu hanyalah sebuah mimpi aku dapat kuliah di tempat favorit yang melahirkan seorang presiden sekelas Susilo Bambang Yudhoyono. Masuk melalui seleksi Ujian Saringan Masuk yang sangat ketat, melewati kenangan indah di asrama TPB, bahkan aku dapat duduk di bangku kuliah departemen Teknologi Industri yang katanya paling favorit saat itu. Tapi toh kenyataannya aku mengalami itu semua, ah aku memang luar biasa. Begitu pikir kesombonganku dan aku pun yakin hal seperti ini pernah teralami oleh rekan-rekan pembaca.
Dalam senyum yang menggelitik itu aku terhenyak di waktu yang berlainan. Ketika itu aku terlibat perbincangan dengan pendiri Master (Service Computer di daerah Bara) yakni Bang Marwan asal Medan. Iseng-iseng cari tahu rahasia sukses dalam mendirikan sebuah bisnis, aku malah ditanya sudah punya bisnis apa belum. Dengan mantap aku jawab sudah, aku punya bisnis nata de coco yang cukup sederhana adanya, kondisinya maupun pabriknya memang seadanya. Beliau menyarankan untuk mengganti gula dengan HFS (High Fructose Syrup) yang memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah sehingga cocok untuk semua orang. Sejenak aku mengkernyitkan dahi,seolah mengingat bahwa aku pernah mendengar istilah HFS ini. Sebagai dari jurusan Teknologi Industri Pertanian akupun tak mau kalah tanggap. Sekenanya aku menjawab, wah kalau memakai HFS biaya produksinya tinggi Bang. Bang Marwan yang ternyata telah 6 tahun kuliah ++(plus wirausaha_red) di negeri Paman Sam ini langsung menyelak, lebih mahal gula dong, karena membuat HFS itu tinggal mencacah tongkol jagung lalu dieksrak sukrosanya. Mati gue salah jawab,,
Di Lain kesempatan, aku diberi kesempatan untuk berkunjung ke daerah gadog-Ciawi. Niatku tak lain adalah untuk berkonsultasi dan membangun relasi dengan seorang Raja Lele Sangkuriang terkenal, Bapak H. Nasrudin namanya. Terkenal dengan usahanya dalam mengelola lele sangkuriang, bahkan mendapat pengakuan sebagai Raja Lele Sangkuriang membuat tempat kediamannya selalu ramai dikunjungi oleh berbagai pihak dengan berbagai tujuan, dari mulai masyarakat biasa, LSM, pejabat pemerintah lokal, hingga pejabat di pemeintahan pusat. Namun walaupun begitu, kedatangan kami tetap disambut dengan sangat ramah sekali, padahal hanya mahasiswa biasa. Disela perbincangan, beliau menanyakan asal fakultas kami. Dengan mantap aku menjawab Fakultas Teknologi Pertanian. Lho, apa hubungannya dengan usaha budidaya lele? Bapak yang tidak pernah mengenyam bangku sekolahan ini bertanya penuh tanda tanya. Mungkin pengolahan pasca panennya ranah kami pak, sekenanya rekan aku menjawab. Oh, mungkin seperti industri pengalengan ikan lele ya dek..Kepala ikan lele dalam kemasan kaleng, atau industri kerupuk ikan lele. Pernyataan Pak Nas diikuti dengan anggukan mantap kami. Namun kondisi berubah seketika tatkala Pak Nas bertanya kira-kira berapa modal yang diperlukan untuk mendirikan industri pengalengan ikan dalam skala rumah tangga ya dek? Gubrak,,aku dan kawanku hanya bisa saling pandang tanda tidak tahu. Kondisi horor itu tidak berhenti disitu, dilanjutkan dengan pertanyaan, mesinnya apa saja ya dek untuk membuat indsutri pengalengan ikan itu?? Kembali hanya gelengan kepala yang kami berikan. Gawat..pikirku dalam hati. Dimana kredibilitasku sebagai seorang calon sarjana teknologi industri? Pantaskah aku lulus di tahun 2010?
Mari kita merenung kawan, kisah nyata ini boleh jadi menjadi bahan renungan kita semua. Kebanggaan kita terhadap kondisi saat ini terkadang putus pada rentang waktu kebahagiaan saja, padahal rentang waktu masa depan telah menanti dengan penuh tantangannya. Kapabilitas kita tidak diukur dari seberapa banyak SKS yang diambil selama perkuliahan, dimana kita meniti pendidikan, atau seberapa banyak orang sukses yang satu home base dengan kita. Namun mulailah untuk menyadari bahwa kebanggan itu harus datang dari kepuasan diri sendiri. Dan penulis ingatkan bahwa orang yang puas pada satu titik sejenak saja maka akan tertinggal jauh dan lama oleh orang lain yang tidak pernah puas meningkatkan kapabilitas diri.
Gelar sarjana merupakan gelar yang cukup prestisius, bahkan akhir-akhir ini kita sering mendengar program yang dikeluarkan oleh Rumah Zakat Indonesia (RZI) yang memberikan beasiswa dan pembinaan dengan tujuan satu desa satu sarjana. Disinilah kita dapat melihat secara objektif harapan yang ditimpakan pada seorang sarjana, yakni membangun negara Indonesia yang lebih baik dengan berawal dari regional yang paling kecil yakni desa. Kini gelar sarjana ada di depan mata, sudah siapkah kita untuk menyongsong beban berat tersebut? Sudah matangkah ilmu-ilmu yang ditimba di tempat pertanian ini? Silakan jawab dalam hati masing-masing kawan..
Semester akhir kadang menimbulkan syndrom tersendiri yang jauh lebih ganas dari sekedar syndrom sakit kepala atau yang sejenisnya. Bagaimana tidak disebut sebagai sebuah syndrom akut, ditengah kelenggangan aktivitas dan tuntutan untuk melaksanakan penelitian terkadang kita terjebak pada 5 hal : Tidur, Games, Bisnis, Penelitian, dan Review. Semuanya memiliki dampak positif dan negatif tersendiri. Games dan tidur jelas menimbulkan dampak negatif, saking luangnya jika dua hal ini mendapatkan porsi yang lebih besar dari tiga hal lainnya maka pikir ulang kembali untuk lulus di tahun 2010 atau yang ngebet ingin lulus pun jangan kecewa jika tidak kesampaian.
Bisnis memberikan sensasi tersendiri ketika dijalankan dalam status kita masih sebagai mahasiswa. Tentu ini sangat baik sebagai modal latihan kerja dan persiapan dunia pasca kampus. Namun hati-hati kawan, banyak yang menunda kelulusan hanya karena sibuk berbisnis. Ir. Nadjik Sang Legenda Sukses TIN yang mendirikan PT Kelola Mina Laut berujar bahwa “Segeralah kalian lulus, baru berbisnis, itu adalah keputusan yang paling tepat yang saya rasakan!!”. Berbisnis ini korelasi dekatnya adalah dengan kegiatan penelitian, bahwa jangan sampai gara-gara berbisnis agenda penelitian kita berantakan. Tentukan prioritas dengan baik. Dan hal yang terakhir adalah review kompetensi yang telah diberikan dosen selama 3,5 tahun terakhir. Jangan pernah berpikir bahwa kompetensi kita adalah tema penelitian kita. Kompetensi kita adalah core base kita, yakni agroindustri.
Selamat menempuh semester akhir kawan, berikan porsi utama pada tiga hal terakhir, yakni bisnis, penelitian, dan review, serta dilengkapi dengan games dan tidur untuk refreshing 