Biogas Solusi Krisis Energi Dunia

on 13.29

Oleh : Arief Rakhman Hakim

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.
Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak
Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akanmengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium.
Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah / limbah yang keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang lebih bernilai. Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada pengolahan limbah industri, limbah pertanian limbah peternakan dan municipal solid waste (MSW).
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif
Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan biogas memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
• biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
• Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
• Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
• Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
• Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat.
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar biogas.

Satu Lagi, Peluang Usaha Potensial di Kabupaten Ciamis : Sabutret

on 11.44


Oleh : Arief Rakhman Hakim

Sebagai daerah yang memiliki luas perkebunan kelapa paling luas, seluas 73.642 ha dengan produksi 69.364 ton/tahun, usaha dibidang perkelapaan tentu menjadi daya tarik yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu produk yang berbahan baku kelapa adalah sabut kelapa berkaret atau yang lebih dikenal dengan nama sabutret. Produk langganan ekspor ini dibuat dari sabut kelapa yang pada umumnya tidak bernilai ekonomis.

Prospek pengembangan sabutret sebagai komoditi lokal dapat dilihat dari positioning peroduk sebagai produk inovasi yang memiliki nilai tambah yang sangat tinggi. Dibandingkan dengan busa atau kapas, produk yang dibuat dari sabutret relatif lebih murah dan tahan lama, tidak menyerap air, lebih kering, dan mengeluarkan aroma terapi. Kebutuhan sabutret semakin tinggi dengan naiknya permintaan sofa, jok, bantal, spring bad, dsb. Permintaan terbersar justru datang dari luar negeri yang semakin memerlukan produk berkualitas.

Perkembangan industri sabutret sejauh ini masih didominasi oleh Koperasi Mitra Tani, Cilacap yang telah memproduksi sabutret untuk dijual kepada Jerman, Inggris, dan Francis. Namun keterbatasan kapasitas produksi menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan luar negeri. Oleh karena itu, pengembangan industri sabutret di Ciamis dapat merupakan sebagai jawaban dari pemenuhan kebutuhan akan sabutret.

Selain dari aspek pemasaran, faktor pendukung pengembangan industri sabutret di Ciamis adalah ketersediaan bahan baku sabut yang melimpah dan adanya PT Perkebunan Nusantara VIII yang mengolah perkebunan karet di daerah Batulawang, Ciamis. Bekerjasama dengan petani kelapa tentu akan meningkatkan sektor perekonomian masyarakat Ciamis.

Proses pembuatan sabutret pun cukup sederhana. Sabut kelapa setelah dibersihkan, diurai dan dipintal menjadi helaian. Lalu dicampur dengan 9 jenis zat kimia yang biasa dipakai untuk mengkritingkan rambut. Setelah itu dipanaskan didalam oven dengan suhu 80 derjat selama 3-4 jam. Setelah didinginkan, sabut disemprot dengan karet asli sesuai ketebalan yang dikehendaki. Kemudian dibentuk menjadi kotak atau bentuk yang dikehendaki pasar.

Departemen perindustrian Republik Indonesia menghimbau agar setiap daerah memiliki produk lokal yang dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat lokal pada khususnya serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Dengan melimpahnya potensi kelapa di Kabupaten Ciamis, maka produk sabutret berpeluang untuk menjadi produk primadona lokal bahkan nasional.


Merentas Masa Depan Dalam Kelenggangan

on 11.21


Oleh : Arief Rakhman Hakim

Ada sesuatu yang berbeda dirasakan ketika kita memasuki tingkat akhir perkuliahan. Hari-hari dimana kewajiban mahasiswa “hanyalah” menyelesaikan penelitian secepat mungkin untuk segera menyongong dunia pasca kampus. Kondisi ini jauh dirasakan jauh lebih lenggang daripda masa-masa perkuliahan sebelum-sebelumnya. Laporan, tugas, rapat, serasa telah menjadi kenangan yang masuk dalam diary kehidupan kita.Namun sesiap apakah kita menyongsong dunia kampus??

Saat ini kita memiliki identitas sebagai mahasiswa yang ketika dibawa ke dunia luar kampus serasa begitu gagahnya, namun setelah kita lulus justru predikat sebagai seorang sarjana akan sulit untuk dipikul. Di depan telah menghadang perjalanan hidup yang sesungguhnya.

Dalam hukum fisika dikenal hukum sebab-akibat, atau dalam pribahasa Indonesia dikenal siapa menabur dia akan memanen, dan kaidah lainnya yang mengarah pada implikasi kerja kita dipengaruhi oleh apa yang telah kita lakukan. Pun demikian pula dengan waktu selama semester terakhir ini. Waktu singkat ini boleh jadi akan menjadi bumerang bagi kehidupan masa depan karena posisinya sebagai waktu transisi. Oleh karena itu, mari kita optimalkan waktu yang sangat berharga ini.

Sebuah green desain penggunaan waktu yang efektif perlu dirancang untuk memperoleh kesipaan optimal dalam menghadapi masa depan. Salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan adalah Mari Berwirausaha!!

Kebanggaan seorang sarjana fresh graduate adalah ketika memperoleh pekerjaan yang diidamkan. Gambaran pekerjaan idaman tak akan jauh dari pekerjaan kantoran, berdasi, gaji yang menggiurkan. Namun sangat jarang untuk bermimpi menjadi seorang wirausahaawan. Padalah, untuk meningkatkan pendapatan per kapita negara kita adalah dengan membangun semangat berwirausaha penduduknya. Sehingga, waktu lenggang ini menjadi kesempatan belajar berwirausaha yang sangat baik.

Ada 4 prinsif utama dalam berwirausaha, yaitu Niat yang Kokoh, Ambil Setiap Peluang, Fokus, dan Maknai Hasil. Niat menjadi pondasi utama yang harus dibangun. Kekuatan niat dapat terlihat dalam keseriusan dalam menjalankan usaha. Sadari bahwa dalam setiap usaha pasti ada kendala yang tak pernah terkira. Kendala itu akan berbenturan dengan niat. Jika niat kita rapuh, maka tembok niat itu akan runtuh oleh hantaman batu rintangan. Membangun kekuatan niat dapat dilakukan dengan membangun team. Semakin kuat team yang dibangun maka kekuatan niat pun akan meningkat. Namun perlu disadari bahwa kekuatan team bukan pada kuantitas personal team namun kualitas team. Mengutip apa yang dikatakan oleh M. Nadjikh, wirausaha sukses dibidang perikanan, “Jika takut jangan berani-berani, jika berani jangan takut-takut!!’ Inilah representasi niat yang kokoh.

Kehidupan kita penuh dengan peluang, bahkan peluang itu hadir dalam aliran waktu hidup kita dan ada di hadapan kita. Peluang itu akan menjadi keberutnungan jika mampu menangkapnya. Peluang biasanya tercetus dalam ide atau gagasan akibat suatu peristiwa yang kita rasakan. Untuk dapat mengkonversi peluang menjadi keberuntungan memerlukan pemikiran yang dinamis dan terbuka. Memang tidak mudah untuk membaca peluang apalagi mengambil peluang yang ada. Strategi mengolah pikiran dalam membaca peluang dapat dilatih dengan senantiasa berdialog dengan diri sendiri terhadap setiap sisi kehidupan yang dialami. Jika peluang itu sudah muncul maka segera matangkan dan konversi menjadi keberuntungan. Yakinlah akan hal itu.. Dalam setiap niat baik, Allah bersama kita.

Fokus akan menjadi strategi berikutnya. Representasi niat terlihat dari kesabarannya dalam menjalankan peluang. Nilai kesabaran ini juga dikatakan sebagai kefokusan dalam berwirausaha. Fokus pada target dan keinginan yang akan dicapai. Perlu disadari bahwa tidak ada sebuah jalan usaha yang lurus bertabur bunga, namun yang ada adalah jalan berliku penuh dengan onak dan duri. Semua itu dapat dilalui jika kita tetap fokus pada tujuan, fokus pada kekuatan di awal perjuangan, fokus pada keinginan akhir yang akan dicapai.

Garis finis terahir adalah hasil yang diperoleh. Hasil ini dapat sesuai dengan rencana di awal, dapat sedikit berbeda, bahkan dapat berbeda sama sekali. Jika hasil usaha kita adalah kegagalan, maka katakanlah bahwa itu merupakan pengalaman gagal untuk kesuksesan di masa mendatang. Kegagalan adalah biasa, yang tidak biasa adalah merencanakan kegagalan. Memaknai kegagalan sebagai bukan kegagalan itulah makna dari menerima hasil. Kewajiban kita hanyalah berusaha semaksimal mungkin, namun hasilnya serahkan pada yang Maha Mengatur.

Kekuatan manusia terkadang muncul pada saat-saat kritis, demikian yang dikatakan oleh Prof. Dr. Yohanes Surya yang memberikan inspirasi pada penulisan buku Mestakung. Oleh karena itu, jangan terbuai dengan waktu yang luang dan lenggang. Kondisikan diri kita senantiasa kritis dengan menyadari bahwa waktu senantiasa berjalan dan tidak akan pernah kembali. Kehidupan memerlukan orang-orang yang efektif. Salam sukses selalu. _ARH_

Filosofi Konsep Added Value untuk Insan Pertanian Indonesia

on 15.17


Oleh: Arief Rakhman Hakim/Teknologi Industri Pertanian IPB


Indonesia sebuah negara dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah sempat mencuri perhatian dunia dengan segala potensinya. Dunia mencatat setidaknya Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara penghasil kelapa sawit, urutan pertama negara yang memiliki potensi perairan terbesar dunia, urutan ke lima negara penghasil teh, urutan pertama potensi tambang di dunia, serta urutan pertama negara dengan luas perkebunan kelapa dunia. Kekayaan potensi ini pula yang menyebabkan Indonesia dijajah oleh negara lain selama ratusan tahun lamanya.

Kini, genap 64 tahun usia Indonesia. Masa yang seharusnya saat ini kita melihat Indoensia menjadi negara yang maju dengan basis pertanian sebagai modal utama dari potensi wilayah yang ada. Namun hingga saat ini, kita masih setia mengekor negara-negara tetangga yang notabene usia kemerdekaannya relatif lebih muda. Beberapa komoditi penting terpaksa mengimpor dari negara tetangga, teknologi-teknologi tepat guna dan canggih masih jauh dari saingan sekelas negara Jepang bahkan Malaysia.

Perkembangan dunia global semakin cepat dan dinamis. Kita sebagai orang-orang yang diproyeksikan mampu mengembalikan harapan pertanian Indonesia mesti menyadari akan kondisi seperti ini, sehingga saatnya nanti dapat berkontribusi untuk membawa negara Indonesia sebagai negara agraris yang makmur dan sejahtera. Namun, apakah kita sudah siap dengan amanah besar tersebut? Penulis mencoba memberikan paradigma berpikir seorang agroindustrialis yang hingga saat ini dirasa sangat kurang.

Human Indeks Development yang dikeluarkan oleh UNDP (United Nation Development Programme) pada tahun 2007 menempatkan Indonesia dalam urutan 108 dari 177 negara. Indonesia bahkan kalah dari Thailand yang menempati urutan 74 dan Filipina urutan 84. Indonesia hanya lebih baik dari Timur Leste yang menempati urutan 142. Sehingga pantas saja jika kita sulit beranjak dari masalah yang mengurung pertanian Indonesia. Layaknya sebuah perumpamaan “Jangan sampai kita mati di lumbung padi sendiri” karena tidak dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah. Tentu tidak ingin hal tersebut menimpa kita.

Dibalik permasalahan pertanian Indonesia, generasi alumni jurusan pertanian dari berbagai Universitas dan Institut yang ada di seluruh Indonesia sangat memungkinkan untuk menjadi garda terdepan membangkitkan pertanian Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah para generasi alumni Teknologi Pertanian, Institut Pertnian Bogor (IPB).

Terlahir sebagai kaum elit minoritas yang dibekali dengan berbagai ilmu teknologi pertanian seharusnya tidak menyisakan ruang sedikit pun untuk berpaling dari permasalah pertanian Indonesia. Salah satu konsep penting yang harus emboded dalam jiwa kita adalah konsep Added Value beserta filosofinya.

Added value atau yang lebih lazim dikenal sebagai konsep nilai tambah secara definisi adalah memberikan nilai tambah secara kualitas terhadap suatu objek tertentu. Aspek kualitas sendiri dijabarkan oleh Garvin menjadi 8 dimensi, yaitu : Performance, Feature, Conformance, Durability, Reliability, Serviceability, Aesthetic, and Perceived Quality. Konsep added value selama ini hanya diterapkan pada atribut komoditas, namun hingga sejauh ini transformasi produk atau pengelolaan potensi sumber daya alam Indonesia masih sangat minim. Kondisi tersebut sekali lagi mencerminkan kualitas SDM yang harus ditingkatkan dengan konsep added value SDM Indonesia.

Aplikasi konsep added value terhadap SDM Indonesia untuk mengembalikan kesejahteraan Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Performance

Seorang agroindustriawan Indonesia harus memiliki skill yang mumpuni dalam melihat setiap peluang pengembangan pertanian. Performance ibaratnya merupakan nilai intrinsik seseorang yang dilihat sejauh mana dia senantiasa melibatkan dirinya dalam kebermanfaatan bersama masyarakat Indonesia. Untuk mencapai peak performance dapat dilakukan hal-hal berikut :

a) Rileks secara mental, perasaan tenang, dan konsentrasi tinggi dalam setiap derap langkah perjuangannya.

b) Percaya diri dan optimis ketika menghadapi tantangan baik lokal maupun global.

c) Fokus pada kekuatan sendiri dan berusaha menggunakan kekuatan untuk kebermanfaatan masyarakat.

d) Memiliki tingkat energi yang tinggi dengan emosi yang positif dalam mengejar capaian hidup.

e) Kesadaran yang tinggi terhadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

2. Feature

Feature diartikan sebagai ciri, sifat, atau keistimewaan. Sebagai kaum elit minoritas yang mengusng pertanian Indonesia, berikut beberapa karakter yang wajib dimiliki versi penulis :

a) Agroindustriawan Indonesia harus mampu memberikan manfaat yang konkrit kepada pertanian Indonesia. Banyak cara untuk mewujudkan karakter ini, dari mulai membantu petani kecil hingga menciptakan lapangan pekerjaan merupakan hal-hal mulia yang dapat kita lakukan.

b) Kerja keras merupakan atribut tambahan yang harus menyertai setiap langkah juang kita. Kerja keras dalam konsep luas dapat diartikan sebagai etos kerja.

c) Ikhlas dan tidak pernah mengharapkan imbalan namun bermartabat di hadapan Sang Pencipta.

3. Conformance (Kesesuaian)

Seorang agroindustriawan harus memiliki kemampuan dan keahlian yang mampu menjawab setiap permasalahan agroindustri. Penciptaan teknologi tepat guna yang didedikasikan unutk menjawab permasalahan pertanian Indonesia merupakan salah satu bukti komitmen yang mengarah kepada kesesuaian. Lebih jauh lagi, compormance berbicara tentang visi hidup agroindustriawan yang solutif dan pro pertanian Indonesia.

4. Durability (Daya Tahan)

Kerja keras saja tidak cukup untuk mengangkat pertanian Indonesia, namun diperlukan daya tahan yang optimal untuk menghadapi segala permasalahan-permasalahan global. Tantangan dunia pertanian terletak pada bagaimana mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah sehingga tidak dikuasai asing, pengembangan teknologi pertanian, serta privatisasi asset Indonesia. Hal tersebut dapat diatasi dengan kemampuan yang diikuti semangat juang dan daya tahan yang tinggi.

5. Reliability (Dapat Dipercaya)

Hanya 12% dari 220 juta penduduk Indonesia yang diberi kesempatan untuk mengenyam perkuliahan, belum jika dihitung persentase yang mengambil jurusan pertanian, sangat kecil sekali jumlahnya. Sedangkan Soekarno pernah mengatakan dalam pidato politiknya bahwa masalah pertanian adalah masalah hidup dan mati bangsa ini. Sungguh besar kepercayaan para petani terhadap generasi agroindustriawan ini. Kepercayaan yang besar itu harus ditebus dengan kesungguhan kita mengusung pertanian.

6. Service Ability (kemampuan melayani)

Kemampuan melayani mengarahkan kita untuk menjadi seorang pemimpin atau yang lebih dikenal dengan servant leader. Pemimpin jangan didentikan dengan sebuah posisi, namun lebih ke arah sikap dan pelaksanaan tanggung jawab yang mengarah pada Pemimpin Pelayan. Oleh Robert K. Greenleaf dikategorikan terdapat 10 ciri khas karakter Pemimpin Pelayan :

a) Mendengarkan sambil merenungkan sebagai sarana menumbuhkan peran pemimpin-pelayan.

b) Empati.

c) Menyembuhkan. Pemimpin-pelayan membantu menyehatkan orang-orang disekitarnya, dan terutama adalah dirinya sendiri.

d) Kesadaran. Kesadaran membantu dalam memahami persoalan yang melibatkan etika dan nilai-nilai.

e) Persuasif. Karenanya, pemimpin pelayan efektif dalam membangun konsensus kelompok.

f) Konseptualisasi. Dia selalu mampu megidentifikasikan “impian besar” yang hendak dicapai serta berfikir melampui realita-realita saat ini.

g) Kemampuan meramalkan. Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang memungkinkan pemimpin-pelayan bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang, dan kemungkinan konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan.

h) Kemampuan melayani. Peter Block (pengarang buku Stewardship dan Empowered Manager) mendefinisikan kemampuan melayani mengandung pengertian memegang sesuatu dengan kepercayaan kepada orang lain dan mempunyai komitmen untuk melayani kebutuhan orang lain.

i) Komitmen kepada pertumbuhan manusia. Pemimpin-pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, profesioanal, dan spiritual setiap individu di dalam organisasi.

j) Membangun masyarakat.

7. Aesthetic (seni)

Seni adalah bentuk ekspresi yang dicurahkan dari dalam jiwa manusia, disampaikan dalam berbagai bentuk dan diterima oleh indra. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa sesungguhnya tidak ada yang mendefinisikan bentuk seni itu harus seperti apa, asal dapat diterima oleh indera. Menjadi seorang agroindustriwan yang penuh dengan tantangan dan tekanan maka sudah pastinya seni menjadi atribut penting agar jiwa semangat kita tidak lantas mundur dengan berbagai problema yang dihadapi.

8. Perceived quality (kualitas yang diharapkan)

Nilai harapan para petani Indonesia terhadap mahasiswa sangatlah tinggi. Oleh karena itu, minimalnya kapabilitas seorang pengusung pertanian harus sama dengan dengan harapan publik. Up-grade setiap kemampuan kita dengan langsung terjun menjadi pelaku utama dalam membawa Indonesia yang lebih baik dengan basis sektor pertanian.

Kualitas SDM sangat menentukan ke arah mana kapal pertanian Indonesia ini akan dibawa. Sebelum jauh berlayar berbenturan dengan ombak yang lebih besar, maka pembenahan kualitas SDM menjadi kunci yang harus dilaksanakan. Setiap permasalahan yang ada pasti ada solusinya. Terlahir di negeri yang kata orang bilang “tongkat kayu pun jadi tanaman” maka menciptakan orang mampu mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada adalah solusi yang tepat.

_Bangkitlah Pertanian Indonesia

Disinilah ku Mengabdi Untukmu Pertanian Indonesia_